Selasa, 21 Mei 2013

HUTAN



Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.
Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruangsauna yang hangat dan lembap, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman

Penebangan hutan



Saat ini, hanya kurang dari separuh Indonesia yang memiliki hutan, merepresentasikan penurunan signifikan dari luasnya hutan pada awalnya. Antara 1990 dan 2005, negara Indonesia telah kehilangan lebih dari 28 juta hektar hutan, termasuk 21,7 persen hutan perawan. Penurunan hutan-hutan primer yang kaya secara biologi ini adalah yang kedua di bawah Brazil pada masa itu, dan sejak akhir 1990an, penggusuran hutan primer makin meningkat hingga 26 persen. Kini, hutan-hutan Indonesia adalah beberapa hutan yang paling terancam di muka bumi.
Jumlah hutan-hutan di Indonesia sekarang ini makin turun dan banyak dihancurkan berkat penebangan hutan, penambangan, perkebunan agrikultur dalam skala besar, kolonisasi, dan aktivitas lain yang substansial, seperti memindahkan pertanian dan menebang kayu untuk bahan bakar. Luas hutan hujan semakin menurun, mulai tahun 1960an ketika 82 persen luas negara ditutupi oleh hutan hujan, menjadi 68 persen di tahun 1982, menjadi 53 persen di tahun 1995, dan 49 persen saat ini. Bahkan, banyak dari sisa-sisa hutan tersebut yang bisa dikategorikan hutan yang telah ditebangi dan terdegradasi. Berikut ini beberapa ilustrasi mengenai penebangan hutan di Indonesia :
Efek dari berkurangnya hutan ini pun meluas, tampak pada aliran sungai yang tidak biasa, erosi tanah, dan berkurangnya hasil dari produk-produk hutan. Polusi dari pemutih khlorin yang digunakan untuk memutihkan sisa-sisa dari tambang telah merusak sistem sungai dan hasil bumi di sekitarnya, sementara perburuan ilegal telah menurunkan populasi dari beberapa spesies yang mencolok, di antaranya orangutan (terancam), harimau Jawa dan Bali (punah), serta badak Jawa dan Sumatera (hampir punah). Di pulau Irian Jaya, satu-satunya sungai es tropis memang mulai menyurut akibat perubahan iklim, namun juga akibat lokal dari pertambangan dan penggundulan hutan.
Penebangan kayu tropis dan ampasnya merupakan penyebab utama dari berkurangnya hutan di negara itu. Indonesia adalah eksportir kayu tropis terbesar di dunia, menghasilkan hingga 5 milyar USD setiap tahunnya, dan lebih dari 48 juta hektar (55 persen dari sisa hutan di negara tersebut) diperbolehkan untuk ditebang. Penebangan hutan di Indonesia telah memperkenalkan beberapa daerah yang paling terpencil, dan terlarang, di dunia pada pembangunan. Setelah berhasil menebangi banyak hutan di daerah yang tidak terlalu terpencil, perusahaan-perusahaan kayu ini lantas memperluas praktek mereka ke pulau Kalimantan dan Irian Jaya, dimana beberapa tahun terakhir ini banyak petak-petak hutan telah dihabisi dan perusahaan kayu harus masuk semakin dalam ke daerah interior untuk mencari pohon yang cocok. Sebagai contoh, di pertengahan 1990an, hanya sekitar 7 persen dari ijin penambangan berada di Irian Jaya, namun saat ini lebih dari 20 persen ada di kawasan tersebut. Mari kita cermati petikan dari Kompas, 26 Agustus 2005 :
Akibat Penebangan Hutan, 2.100 Mata Air Mengering
Kelangkaan minyak tanah yang kerap mendera penduduk di berbagai daerah di Banyumas, Jawa Tengah, akhir-akhir ini dikhawatirkan memacu penduduk kembali menggunakan kayu bakar dan menebang pohon tanaman keras.
Jika itu terjadi, kerusakan sumber air (mata air) akan semakin cepat. Di Banyumas saat ini tinggal 900 mata air, padahal tahun 2001 masih tercatat 3.000 mata air.
Setiap tahun rata-rata sekitar 300 mata air mati akibat penebangan terprogram (hutan produksi) maupun penebangan tanaman keras milik penduduk, ujar Wisnu Hermawanto, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Banyumas, Kamis (25/8).
Akan tetapi akibat berbagai tekanan baik kebutuhan hidup maupun perkembangan penduduk, perlindungan terhadap sumber air maupun tanaman keras atau hutan rakyat semakin berat.
Di lain pihak, penduduk yang di lahannya terdapat sumber air tidak pernah memperoleh kompensasi sebagai ganti atas kesediaannya untuk tidak menebangi pohonnya.
Kesulitan penduduk memperoleh minyak tanah berdampak pada peningkatan penggunaan kayu bakar. Penduduk di daerah pedesaan yang jauh dari pangkalan minyak tanah memilih menebang pohon untuk kayu bakar.
Satu ikat kayu bakar ukuran sedang sekarang harganya sudah Rp 7.000, ujar Wisnu.
Ia memprediksi, setiap hari sekitar 1.500 pohon milik penduduk di Banyumas ditebang untuk dijadikan kayu bakar sebagai pengganti minyak tanah. (nts)
Sumber: Kompas, Jumat, 26 Agustus 2005
Di Indonesia, penebangan kayu secara legal mempengaruhi 700.000-850.000 hektar hutan setiap tahunnya, namun penebangan hutan illegal yang telah menyebar meningkatkan secara drastis keseluruhan daerah yang ditebang hingga 1,2-1,4 juta hektar, dan mungkin lebih tinggi – di tahun 2004, Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim mengatakan bahwa 75 persen dari penebangan hutan di Indonesia ilegal. Meskipun ada larangan resmi untuk mengekspor kayu dari Indonesia, kayu tersebut biasanya diselundupkan ke Malaysia, Singapura, dan negara-negara Asia lain. Dari beberapa perkiraan, Indonesia kehilangan pemasukan sekitar 1 milyar USD pertahun dari pajak akibat perdagangan gelap ini. Penambangan ilegal ini juga merugikan bisnis kayu yang resmi dengan berkurangnya suplai kayu yang bisa diproses, serta menurunkan harga internasional untuk kayu dan produk kayu.
Manajemen hutan di Indonesia telah lama dijangkiti oleh korupsi. Petugas pemerintahan yang dibayar rendah dikombinasikan dengan lazimnya usahawan tanpa reputasi baik dan politisi licik, larangan penebangan hutan liar yang tak dijalankan, penjualan spesies terancam yang terlupakan, peraturan lingkungan hidup yang tak dipedulikan, taman nasional yang dijadikan lahan penebangan pohon, serta denda dan hukuman penjara yang tak pernah ditimpakan. Korupsi telah ditanamkan pada masa pemerintahan mantan Presiden Jendral Haji Mohammad Soeharto (Suharto), yang memperoleh kekuasaan sejak 1967 setelah berpartisipasi dalam perebutan pemerintahan oleh militer di tahun 1967. Di bawah pemerintahannya, kroni tersebar luas, serta banyak dari relasi dekat dan kelompoknya mengumpulkan kekayaan yang luar biasa melalui subsidi dan praktek bisnis yang kotor.
Pendekatan Neo-Humanisme
Hutan-hutan Indonesia menghadapi masa depan yang suram. Walau negara tersebut memiliki 400 daerah yang dilindungi, namun kesucian dari kekayaan alam ini seperti tidak ada. Dengan kehidupan alam liar, hutan, tebing karang, atraksi kultural, dan laut yang hangat, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk eko-turisme, namun sampai saat ini kebanyakan pariwisata terfokus pada sekedar liburan di pantai. Sex-tourism merupakan masalah di beberapa bagian negara, dan pariwisata itu sendiri telah menyebabkan permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan hidup, mulai dari pembukaan hutan, penataan bakau, polusi, dan pembangunan resort.
Melihat dampak dari penebangan hutan secara liar tersebut,maka perlu adanya suatu cara untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Dalam hal ini, penulis ingin memberikan kontribusi dalam menyikapi adanya penebangan hutan tersebut dengan cara pendekatan secara neo-humanis. Di bawah ini akan  diuraikan beberapa pendekatan neo-humanis dalam  mencegah dan mengurangi terjadinya penebangan hutan secara liar :
  1. Penduduk lokal biasanya bergantung pada penebangan hutan di hutan hujan untuk kayu bakar dan bahan bangunan. Pada masa lalu, praktek-praktek semacam itu biasanya tidak terlalu merusak ekosistem. Bagaimanapun, saat ini wilayah dengan populasi manusia yang besar, curamnya peningkatan jumlah orang yang menebangi pohon di suatu wilayah hutan hujan bisa jadi sangat merusak. Sebagai contoh, beberapa wilayah di hutan-hutan di sekitar kamp-kamp pengungsian di Afrika Tengah (Rwanda dan Congo) benar-benar telah kehilangan seluruh pohonnya. Oleh karena itu, perlu adanya bimbingan dan penyuluhan kepada penduduk setempat tentang betapa pentingnya keberadaan hutan bagi kehidupan semua umat.
  2. Dalam hal penebangan hutan secara konservatif, denagn cara menebang pohon yang sudah tidak berproduktif lagi. Jangan sampai pohon yang masih muda dan masih berproduktif ditebang. Selain itu, sebaiknya masyrakat sekitar perlu diberi arahan dalam penebangan pohon, di antaranya larangan untuk menebang pohon yang sebagai plasa nutfah. Selanjutnya, setiap menebang satu pohon, harus seerag menaggabti denagn menamam pohon kembali sebanyak satu pohon. Bila pendekatan ini dapat dilaksananakn secara tanggung jwab, niscaya tidak akan lagi terjadi penggundulan hutan.
  3. Melakukan pembenahan terhadap sistem hukum yang mengatur tentang pengelolaan hutan menuju sistem hukum yang responsif yang didasari prinsip-prinsip keterpaduan, pengakuan hak-hak asasi manusia, serta keseimbangan ekologis, ekonomis, dan pendekatan neo-humanisme.
  4. Selanjutnya perlu adanya suatu program peningkatan peranan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian hutan. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat lokal harus diselenggarakan dan difasilitasi berbagai pelatihan untuk meningkatkan kepedulian lingkungan di kalangan masyarakat, seperti pelatihan pengendalian kerusakan hutan bagi masyarakat dan  pelatihan lingkungan hidup untuk para tokoh dalam masyarakat agar nantinya bisa membawa masyarakat yang sadar akan lingkungannya.
  5. Melalui pendekatan neo-humanisme ini, juga perlu dibentuk suatu kelompok peduli hutan dalam masyarakat yang bertugas memantau keadaan hutan di sekitarnya dan melakukan pelestarian hutan, kemudian menularkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh dari berbagai pelatihan manajerial kehutanan kepada masyrakat di sekitarnya, sehingga nantinya akan ada rasa saling memiliki dengan adanya keberadaan hutan tersebut.
  6. Melakukan program reboisasi secara rutin  dan pemantauan tiap bulannya dengan dikoordinir oleh tokoh-tokoh masyarkat setempat. Dengan adanya pemantauan tersebut, maka hasil kerja keras dari reboisasi yang telah dilaksanakan akan tetap terpantau secara rutin mengenai perkembanganya dan potensi ke depannya.
  7. Selain itu, perlu adanya inovasi pelatihan keterampilan kerja di masyarakat secara gratis dan rutin dari pihak-pihak yang terkait, seperti Dinas Tenaga Kerja,dll, sehinnga masyarakat tidak hanya bergantung pada hasil hutan saja, tetapi dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan dimilkinya.

Dunia Menikmati Manfaat Bersepeda

Bersepeda tidak hanya membawa manfaat kesehatan namun juga membawa manfaat ekonomi bagi suatu negara.Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, banyak negara yang telah menggunakan analisis yang disebut dengan HEAT (health economic assessment tool) untuk mengetahui manfaat kesehatan dan ekonomi dari bersepeda.Negara-negara Eropa dan di luar Eropa seperti Austria, Republik Ceko, Swedia, Inggris dan Selandia Baru sudah menggunakan alat analisis ini. Alat analisis ini juga digunakan oleh Lembaga Pencegahan dan Penanganan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention) milik pemerintah Amerika Serikat.Dari penelitian mereka kita bisa menimba ilmu mengenai manfaat kegiatan transportasi aktif seperti bersepeda dan berjalan kaki dalam lingkup kota bahkan negara. Berikut uraian manfaat kesehatan dan ekonomi dari aktivitas bersepeda di sejumlah negara, termasuk di IndonesiaIndonesiaWalau penelitian mengenai manfaat bersepeda dengan memakai metode HEAT ini belum pernah dilakukan, namun jumlah pesepeda di Tanah Air terus mengalami peningkatan.Satu hal yang perlu dicatat, pesepeda di kota-kota besar di Indonesia terancam oleh tingkat polusi udara yang sangat tinggi.Pastikan Anda menggunakan masker udara dan lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin setiap tahun untuk memaksimalkan manfaat dari pola transportasi aktif ini di Tanah Air.

Melindungi lingkungan



Kami percaya bahwa kesejahteraan usaha makanan dan pertanian kami, para pelanggan kami dan masyarakat setempat bergantung pada kebijaksanaan pengelolaan sumberdaya lingkungan. Bersama para mitra kami, kami melaksanakan berbagai proyek penelitian dan lingkungan di Indonesia.
  • Melindungi spesies yang terancam punah seperti orang utan dan melestarikan hutan guna memelihara keragaman hayati dan memerangi dampak perubahan iklim, dan
  • Melaksanakan uji kelayakan ekonomis terhadap terhadap tanah tempat penanaman kelapa sawit yang telah terdegradasi.
Kami juga berperan serta dalam gerakan penghijauan nasional "Satu Orang Satu Pohon" yang diselenggarakan oleh Departemen Kehutanan.Membantu melindungi populasi orang utan yang terancam di BorneoDalam kemitran dengan Fauna & Flora International (FFI), kami membantu melindungi hutan konservasi dan lahan gambut di Kalimantan Barat. Hutan ini merupakan tempat tinggal bagi spesies yang terancam punah seperti orang utan, dimana habitat mereka tengah terancam kerusakan.Pekerjaan ini tidak hanya membantu melindungi dan mengkonservasi ekosistem yang rentan terhadap kehancuran, tetapi juga memberi kontribusi pada upaya mengatasi perubahan iklim. Hutan, dan terutama daerah lahan gambut, menyimpan karbon dalam jumlah substansial yang, apabila musnah, akan membebaskan gas rumah kaca dalam jumlah besar ke atmosfir.Mensurvei lahan yang terdegradasiPerkebunan kelapa sawit menawarkan alternatif yang masuk akal untuk lahan yang terdegradasi karena dapat memperbaiki lahan dan membantu mengatasi perubahan iklim sementara dalam waktu yang bersamaan memberikan keuntungan ekonomi bagi penduduk setempat, terutama di daerah pedesaan. Kami ikut mendanai penelitian independen yang dilakukan oleh World Wildlife Fund untuk mengeksplorasi penggunaan lahan yang terdegradasi dan bukan daerah hutan yang ada untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit di masa mendatang. Penelitian ini merumuskan batasan lahan yang terdegradasi, menilai tingkat investasi yang diperlukan untuk mengembalikan lahan yang terdegradasi kembali produktif, dan menentukan praktek untuk mengembangkan daerah ini.Sewaktu ditanam pada tanah yang terdegradasi, kelapa sawit menghasilkan tanaman pertanian dimana tanaman lain di ladang tidak dapat dijadikan pilihan. Karena pohon menyimpan sebagian besar dari nutriennya di atas tanah, maka mereka lebih toleran terhadap tanah yang buruk. Perkebunan kelapa sawit juga dapat menyerap karbon dan mengurangi gas rumah kaca untuk membantu menanggulangi perubahan iklim apabila ditanam pada lahan yang terdegradasi. Menebang hutan untuk menanam kelapa sawit sebaliknya memberi kontribusi pada produksi gas rumah kaca.Program "Satu Orang Satu Pohon" diluncurkan Departemen Kehutanan pada tahun 2009 dalam upaya mengatasi pengaruh perubahan iklim dan untuk melindungi hutan. Di bawah payung program ini, Cargill menyumbang sebanyak 220,000 pohon, yang sebagian bibitnya berasal dari unit pembibitan Cargill sendiri. Karyawan Cargill di 10 propinsi di mana Cargill beroperasi dengan sukarela melakukan penanaman pohon di lokasi. Cargill juga menjamin bahwa pohon-pohon yang baru ditanam akan dirawat secara memadai selama tiga tahun ke depan.Indonesia - OMOT 2009Kami percaya bahwa masa depan yang lestari mensyaratkan investasi waktu dan sumber daya saat ini. Kami bangga dapat berperan dalam mendukung inisiatif nasional yang penting ini, yang bertujuan untuk melestarikan dan melindungi lingkungan, sebagai bagian dan wujud dari komitmen tanggung jawab perusahaan.Membantu melindungi orang utanMengeksplorasi pengolahan lahan yang terdegradasiBerperan serta dalam kegiatan Penghijauan Nasional "Satu Orang Satu Pohon"

Kamis, 09 Mei 2013

MELINDUNGI HUTAN


Di seluruh dunia, hutan-hutan alami sedang dalam krisis. Tumbuhan dan binatang yang hidup didalamnya terancam punah. Dan banyak manusia dan kebudayaan yang menggantungkan hidupnya dari hutan juga sedang terancam. Tapi tidak semuanya merupakan kabar buruk. Masih ada harapan untuk menyelamatkan hutan-hutan ini dan menyelamatkan mereka yang hidup dari hutan.Hutan purba dunia sangat beragam. Hutan-hutan ini meliputi hutan boreal-jenis hutan pinus yang ada di Amerika Utara, hutan hujan tropis, hutan sub tropis dan hutan magrove. Bersama, mereka menjaga sistem lingkungan yang penting bagi kehidupan di bumi. Mereka mempengaruhi cuaca dengan mengontrol curah hujan dan penguapan air dari tanah. Mereka membantu menstabilkan iklim dunia dengan menyimpan karbon dalam jumlah besar yang jika tidak tersimpan akan berkontribusi pada perubahan iklim.

Hutan-hutan purba ini adalah rumah bagi jutaan orang rimba yang untuk bertahan hidup bergantung dari hutan-baik secara fisik maupun spiritual.Hutan-hutan ini juga merupakan rumah bagi duapertiga dari spesies tanaman dan binatang di dunia. Yang berarti ratusan ribu tanaman dan pohon yang berbeda jenis dan jutaan serangga-masa depan mereka juga tergantung pada hutan-hutan purba.Hutan-hutan purba yang menakjubkan ini berada dalam ancaman. Di Brazil saja, lebih dari 87 kebudayaan manusia telah hilang; pada 10 hingga 20 tahun kedepan dunia nampaknya akan kehilangan ribuan spesies tanaman dan binatang. Tapi ada kesempatan terakhir untuk menyelamatkan hutan-hutan ini dan orang-orang serta spesies yang tergantung padanya.Hutan terdiri atas berbagai jenis; hutan hujan tropis dan sedang, hutan hujan subtropis, hutan hujan musiman, hutan halimun, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan hujan lereng yang semuanya bisa jadi tergolong ke dalam bentuk primer atau sekunder. Ada 2 hal yang menjadi persamaan berbagai jenis hutan ini yaitu hutan dalam jangka panjang sangat penting bagi kelestarian kehidupan di Bumi sebagaimana kita ketahui - dan semuanya mengalami penurunan jumlah secara masif.


Pakar lingkungan menyebut hutan sebagai ‘Paru-paru Dunia’. Hutan hujan menyerap karbon, melepaskan oksigen, air bersih, dan juga menjadi tempat berlindung, sumber bahan bakar dan makanan. Hutan memiliki fungsi yang sangat penting untuk mendaur ulang karbon, oksigen dan nitrogen serta mengurangi dampak polusi karena berfungsi sebagai filter alami udara yang kita hirup. Dalam proses pertumbuhannya, pohon juga menyerap panas di sekitarnya yang mengontrol suhu setempat bahkan seluruh dunia, sedangkan naungan daun-daun pohon memberikan ‘dampak pendinginan’ pada Bumi. Semakin banyak hutan yang ditebang maka semakin berkurang manfaat hutan seperti di atas yang akan kita dapatkan.


Hutan juga menyediakan manusia dengan berbagai kebutuhan penting lainnya. Apabila hutan dirusak, maka hal ini akan berpengaruh tidak hanya terhadap keseimbangan lingkungan secara langsung namun juga berdampak terhadap lingkungan sekitar. Hutan juga berfungsi menyimpan air, mengatur curah hujan dan juga merupakan rumah bagi lebih dari setengah keanekaragaman hayati bumi dengan memberikan perlindungan terhadap ekosistem yang bergantung kepadanya dan hal ini memungkinkan banyak spesies yang terancam punah dan langka bisa terus bertahan hidup.


Melindungi hutan tidak hanya penting untuk kelestarian ekosistem yang sangat diperlukan manusia namun juga menyediakan kebutuhan dan pendapatan bagi lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia. Karena itu penyelamatan hutan yang tersisa merupakan hal yang sangat penting untuk melesatarikan cara hidup kita, namun dewasa ini terjadi konsumsi yang berlebihan secara global, kerakusan perusahaan dan pembalakan liar memberikan tekanan yang besar pada hutan hujan di seluruh dunia.


Kini miliaran dolar setiap tahun dijanjikan untuk membantu negara berkembang menghentikan perusakan hutan, mendapatkan energi bersih dan beradaptasi terhadap perubahan iklim menciptakan kesempatan yang besar untuk bisnis seperti Carbon Central Network dan anggota kami untuk terlibat. Deforestasi menjadi salah satu isu paling signifikan pada abad modern ini dan CCN memahami bahwa langkah-langkah penting harus segera diambil untuk mencegah penjarahan lebih lanjut atas sumber daya hutan yang penting. Adalah penting bahwa wilayah tersebut menjadi fokus utama untuk proyek konservasi baru seperti Inisiatif Selamatkan Hutan yang diprakarsai oleh Carbon Central Network.


Kini waktunya untuk melakukan tindakan global guna melindungi hutan. Dunia membutuhkan contoh sukses dari solusi iklim yang memiliki hasil yang dapat dilihat secara nyata. Ini merupakan harapan dari CCN bahwa Inisiatif Selamatkan Hutan akan menjadi langkah pertama yang penting untuk mencapai tujuan ini. Kami berharap bisa menjadi inspirasi pemerintah dan organisasi lain di seluruh dunia untuk membuat program serupa yang dapat menjadi gerakan global yang mampu menghasilkan perlindungan total terhadap hutan yang berharga yang masih tersisa.